Sirtu adalah singkatan dari pasir batu, karena komposisi ukuran butir yang tidak seragam. Sirtu terjadi karena akumulasi pasir dan batuan yang terendapkan di daerah-daerah relatif rendah atau lembah. Sirtu yang terdapat di beberapa wilayah umumnya berasal dari pasir dan batuan gunungapi, bersifat andesitik dan sering bercampur dengan pasir batu apung.
Sirtu biasanya merupakan bahan yang belum terpadukan dan biasanya tersebar di daerah aliran sungai. Sirtu juga bisa diambil dari satuan konglomerat atau breksi yang tersebar di daerah daratan (daerah yang tinggi).
Sirtu berasal dari dua bagian yang yang berukuran besar merupakan material dari batuan beku, metamorf dan sedimen. Sedangkan berukuran halus terdiri pasir dan lempung. Seluruh material tersebut tererosi dari batuan induknya bercampur menjadi satu dengan material halus. Kuatnya proses ubahan atau pelapukan batuan dan jauhnya transportasi sehingga material batuan berbentuk elip atau bulat dengan ukuran mulai kerikil sampai bongkah.
Biasanya sirtu diendapkan pada lingkungan air seperti sungai, danau maupun laut dikenal dengan sebutan aluvium. Kenampakan sirtu saat ini adalah sesuatu yang tidak padu antara meterial batuan dengan halusnya. Bila endapan aluvium ini sudah terbentuk dengan ketebalan dan penyebaran yang sangat luas, bersamaan dengan berjalannya waktu dan proses geologi yang berkerja sehingga kenampakan batuan ini sudah berada pada daerah ketinggian atau bukit. Nama sirtu pun beralih menjadi konglomerat karena batuan tersebut sudah padu menjadi satu antara material batuan dengan material halusnya.